Oleh Bagus Styoko Purwo
Mengembalikan semangat yang redup bukan perkara mudah. Saya sering gagal. Selalu saya ulangi membuat rencana di sebuah buku/kertas. Merinci hal-hal yang bisa saya tekunin selama sebulan, sepekan, atau pencapaian dalam sebulan ke depan. Namun masih di awal perjalanan tidak berjalan lancar.
Hari ini sabtu, tertanggal 19 Maret 2022, keinginan saya memperbaiki kegagalan melatih diri muncul tiba-tiba. Saat membersihkan rak buku, membebaskan buku-buku dari debu harian, memisahkan buku-buku pilihan untuk sepekan, berbarengan saya rinci kegiatan yang bisa saya tekuni selama sepekan.
Saya ingin menguji ketahan diri di hari pertama ini. Bisa tidak saya jalani semua rencana dengan baik, tertib. Berikut rencana tertulis selama sepekan.
Hari pertama
Pagi
1. Membaca dan menyelesaikan buku catatan untuk calon penulis karya Puthut Ea.
2. Pengantar akuntansi BMP UT.
Siang
1. Jurnal komunikasi masa.
2. Akuntansi perpajakan
Malam
1. Perilaku organisasi
2. Materi Mira Institut
Hari kedua
Pagi
1. Teori Akuntansi
2. Manajemen keuangan
Siang
1. Petunjuk praktis penelitian ilmiah menyusun karya ilmiah
2. Berburu honor dengan artikel
Malam
1. Latihan psikotes junior
Pembagian aktivitas belajar yang saya pelajari dari youtube akan mempermudah pelaksanaannya. Saya coba hari ini.
Tulisan ini saya anggap sebagai prolog latihan bertanggung jawab atas apa yang telah saya tuliskan. Mengupayakan suatu sikap yang baru perlu pembiasaan. Untuk itu saya menjadikan pedoman ustadz Yusuf Mansur melatih sikap istiqomah selama tiga hari. Lanjut seminggu, lanjut dua minggu, sampai di hari keempat puluh atau empat puluh satu hari. Kalau sebulan lebih sepuluh hari kita terbiasa dengan dispilin tertentu maka itu telah menjadi kebiasaan dan berubah menjadi karakter. Nah mengumpulkan karakter berkulitas menjadikan hebat di diri kita. Itu lah yang saya idam-idamkan.
Usaha ini juga sebagai persiapan saya menerima limpahan anugerah-Nya. Keyakinan saya bahwa turunnya anugerah sebagaimana kesiapan diri memacu ikhtiar persiapan itu terus saya coba. Ya walaupun gagal mulu. Tapi saya menyikapinya ini karena saya belum ada kesiapan diri.
Kesiapan yang saya maksud adalah kesiapan batin, dan kesiapan kesadaran diri. Munculnya orang-orang kaget setelah mendapatkan limpahan anugerah entah itu jabatan, kekayaan, yang nampak ada sikap diri seperti sombong, ujub dsb, saya rasa karena tidak ada kesiapan diri.
Saya ingin melanjutkan sekolah doktoral maka saya harus menyiapkan mental, pengetahuan, ketahanan belajar, dan yg utama biaya pendidikan sampai selesai study. Di awal saya harus menyediakan biaya pendaftaran satu juta rupiah, proposal disertasi, hasil tkda, hasil toefl yang keduanya berskor min 550. Jika lolos maka saya harus siap membayar spp martikulasi sebesar enam juta rupiah. Di semester awal sampai selesai sekitar semester 6-7 spp sebesar dua belas juta. Di tambah biaya penunjang riset. Sangat mahal dan menantang.
Untuk studi tersebut saya tidak mengambil jalur beasiswa. Saya merasa yakin dengan kemampuan menulis/berkarya saya bisa membiayai itu semua. Rencana studi itu gagal tercapai hampir masuk di tahun kedua. Penyebabnya satu, saya tidak mempersiapkan diri. Maka, mumpung awal pendaftaran masih jauh, saya bisa menyicil persiapan. Bulan ini saya menyicil ketahanan belajar dan keterampilan menulis. Saya mau mencoba mengirimkan artikel-artikel ke media-media. Untuk menguji kemampuan menulis, maka jalannya mengirimkan artikel. Satu artikel diberikan honor minimal dua ratus ribu. Sehari satu artikel dan tayang di media, selama sebulan alhamdulillah tertransfer enam juta rupiah. Ya setidaknya hitungan untuk biaya studi dapat di atas. Saya mau suatu ketika membagikan pengalaman sekolah doktoral dengan biaya hasil dari menulis/berkarya. Jadi mencari beasiswa bukan satu jalan lancar studi lanjutan.
Menulis, berfikir dan berkarya adalah tiga hal yang sedang saya tingkatkan kualitasnya. Agar lancar menulis saya menjadika tiga buku utama sebagai media latihan menulis. Buku catatan calon penulis, buku creative writing, dan buku menulis dengan cinta. Saya selesaikan satu buku, saya nilai perkembangan menulis saya, kalau semuanya oke saya lanjut ke buku yang kedua. Setidaknya dalam sebulan lompatan menulis saya jauh dan tinggi.
Berfikir adalah bagian utama seorang penulis atau apa pun profesinya. Berfikir yg dinamis perlu dilatih dengan banyak membaca lintas genre. Saya pernah senang membaca filsafat. Sekali baca tidak paham. Diulangi sampai paham dan begitu terus. Daya berfikir orang tergantung kesanggupan mengolah nalar/rasionya. Nalar mudah berkembang dengan membaca dan berdiskusi. Saya ditahapan ini juga sudah merinci buku-buku apa saja yang siap dibaca. Pembuktian daya berfikir saya meningkat kelihatan dari kemampuan saya menulis ulang apa yang saya serap dan saya kritisi terapan keilmuan yg di maksud.
Setelah kedua itu selesai dan jamak tercapai maka berkarya adalah pembuktian besar. Di awal tahun ini saya pernah menulis target terbit buku-buku saya di penerbit mayor. Sudah di bulan ketiga, satu buku pun belum juga saya tulis. Judul dan kerangkanya sudah ada. Semogalah di bulan ini satu bab terwujud.
Menulis pun persis dengan berolah raga, pemanasan melenturkan otot-otot sebelum melakukan gerakan serius. Setelah tulisan ini saya akhiri, jaringan di otak saya bekerja, asosiasi kata, logika bercerita terbentuk dan saya siap menggulirkan cerita pertama di hari pertama saya bangkit dari kelalaian target harian.
Babelan, 19 Maret 2022. 10.24 WIB
0 comments:
Posting Komentar