This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 26 Agustus 2021

Jalan Lain Bekerja

 Jalan Lain Bekerja

Bagus Styoko Purwo

Obrolan malam Jum'at, 19 Agustus 2021 mengangkat tema Kerja dan Religiositas. Apa saja yang dibicarakan, mungkin di lain tulisan akan saya bahas. Ini tulisan pertama hasil obrolan itu. Setiap peserta di minta menulis tema di atas dengan jumlah kata sekuat-kuatnya. Pointnya tulisan selesai dan di kirim sebelum hari kamis di obrolan ke depan. 

Saya belum terbiasa menulis lepas dalam arti lancar dan tidak terbebani. Ini tahapan yg harus saya maksimalkan, maka saya selesaikan ini selama dua kali pindah tempat: di sekolah  dan selesai di rumah.

Bumi dan seisinya disediakan khusus untuk umat manusia. Di langit tertinggi bantahan malaikat atas penciptaan manusia pertama Tuhan buktikan dengan kesanggupan dia menyebutkan nama-nama ciptaanNya. Maha suci sang pencipta yang selalu menciprati hikmah di balik kemahaannya.

Sejarah kehidupan manusia pada periode kemunculannya adalah menyuburkan keturunan, membuat garis-garis tangan sesuai apa yang saat itu dapat diperbuat. Catatan sejarah menjelaskan nomaden adalah jalan hidup mereka. Kalau kita sempat membaca kitab suci, bapak Adam dan Ibu Hawa adalah perantara berkembangnya populasi manusia untuk tujuh keturunan. Garis keturunan mulai terlihat dari situ. 

Lalu pengisahan para nabi dan rasul memperjelas zaman berlangsungnya kehidupan. Misi utama umat manusia sampai dengan sekarang adalah memperindah dunia. Secara makna boleh diartikan mengada-adakan yang sebelumnya tidak ada, membagus-baguskan yang sebelumnya tidak arstistik atau yang sejenis dari itu - asal sesuai dengan hajat besar manusia: laba.

Membahas laba membahas juga alat pengaitnya. Laba adalah kepuasan kuantitatif atas pencapaian selama satu putaran waktu. Apa pun yang telah berlangsung atau akan berlangsung, diam-diam ada laba di dalamnya. Di belakang setiap keputusan ekonomi juga labalah pemicunya. Perdebatan sengit dipelopori oleh laba, maka laba adalah sentral dari bahasan utama kehidupan kita.

Orang-orang bekerja motivasinya perolehan laba. Sebut gaji, upah, honorarium atau yang semakna menggiurkan dari itu.  Profesionalitas memperkuat daya kinerjanya untuk menggaet laba. Bekerja secara profesional begitu linear dengan laba yang menggoda. Kalau bekerja sedari awal tidak berangkat dari ketulusan, dinamika batin dan kesadaran si pekerja berputar sampai menemukan cahaya terang bahwa bekerja yang sejati itu bla..bla..bla.. Bahwa ada loh yang esensial ketimbang profesionalisme. Ada yang ingin menambahkan lagi....

Diam sejenak di kisah yang terbilang unik dan saya tidak yakin apakah itu pernah ada atau hikmah isapan dari penulisnya: seorang penjual cendol umumnya senang jualannya cepat habis. Bersyukur sekali bisa pulang sebelum asar habis. Setidaknya ia bergembira sesaat menerima pesanan melimpah dari pembeli yang mendadak menyetop gerobak cendolnya. "Kalau cendol ini bapak beli semua, bagaimana dengan pembeli lain ingin juga membeli." Laba maksimal tidak menjadi orientasi dagangnya. "Kan dagangan abang saya borong semua. Enak, jadi bisa pulang agak siang," tanggap pembeli seolah menyadarkan peran sebagai pedagang keliling. 

Pemahaman yang tidak biasa menjadi keyakinan kokoh dalam diri abang cendol. Saya merasa ia tidak sedang bertransaksi secara wajar. Ia seperti mendapat penjagaan dari matrealisme. Keumuman pulang membawa laba tidak lebih agung daripada menjaga kententraman batin. Batin yang tenang rupanya dengan membatasi hasrat diri terhadap kalkulasi rupiah ke rupiah. Membagikan kebahagiaan dengan menyediakan cendol segar kepada para pembeli lainnya. Abang cendol dalam kisah pendek itu mampu menembus kesadaran bapak pembeli yang sesampainya di rumah menyesali adanya seselip serakah di hatinya. Bagi Anda yang pernah mendapati kisah ini anggaplah sebagai penguat ingatan diri tentang bekerja versi takaran cendol.

Sampai sedewasa ini saya masih sering kebablasan memaknai bekerja sebagai profesi. Ketika mendapati penugasan terbayang jumlah yang masuk ke rekening di awal bulan. Selesai pekerjaan otomatis terbersit lagi tawaran pekerjaan yang menyebabkan tambahan ke rekening. Keuntungan menjadi pertimbangan dasar sebuah pekerjaan dilaksanakan. Lumrah. Sebab keahlian bukan sesuatu yang murah, remeh, apalagi ditukar dengan ungkapan terima kasih. Tapi pada medan kejadian tertentu, keuntungan berbentuk pengakuan, testimoni atau portofolio kiprah justru dicari-cari. 

Kepenatan karena bekerja, kejenuhan karena rutinitas pekerjaan, atau disorientasi pekerja - pemicu yang menghubungkan semua itu tidak adanya spirit bekerja. Saya boleh artikan itu sebagai cahaya yang menerangi ruang pekerjaan. Kondisi temaram tidak jelas apa-apa yang ada di sekitar. Kondisi gelap malah menghentikan langkah pencarian apa-apa yang bisa terjamah. Sedapat mungkin cahaya memberikan rasa yakin terhadap apa-apa yang akan dikerjakan.

Bekerja, pekerjaan, selanjutnya dengan model pemaknaan apa yang tepat guna sesuai dengan kondisi zaman. Saya tawarkan pendekatan modern dan pendekatan risalah agama. 

Pendekatan modern sejalan dengan temuan-temuan empiris tentang pengaturan kinerja manusia. Manusia yang produktif mengacu pada indikator: 1. Usia, 2. Keterampilan diri, 3. Lingkungan kerja. Usia muda sarat dengan progresivitas. Idealisme mencolok dan sebagai seragam usia muda. Keterampilan terbentuk melalui training, workshop dan jam terbang di bidang yang sama. Lingkungan kerja merupakan praktik organisasi antar sesama yang menghubungkan bagian dengan bagian. Lingkungan kerja yang sehat tidak memelihara persaingan sengit dengan motif menjatuhkan bagian lain. Pendekatan modern selalu mengacu saling menguntungkan. Pemberi kerja mendapatkan sumber daya manusia, pekerja mendapatkan kompensasi finasial. Sekilas sama rata. 

Pendekatan risalah agama menyadarkan peran manusia diciptakan untuk beribadah semata. Beribadah yang dipahami kemudian tidak melulu ritual vertikal. Segala tindakan yang difokuskan kepada sang Pencipta, itulah bentuk ibadah. 

Bekerja sebagai ibadah belum begitu populer dijadikan pedoman. Apa untungnya menganggap bekerja sebagai ibadah? Yang diperlukan di dunia adalah uang, bukan balasan pahala. Memang hidup manusia terbatas, karena itu kumpulkan uang sebanyak-banyaknya, bekerja sekeras-kerasnya agar jalannya nikmat dunia tidak dilalui oleh mereka yang giat siang malam. 

Pekerja yang menjadikan pekerjaan sebagai jalan ibadah, mereka memperoleh dua tujuan sekaligus. Kalau pun mereka kaya, maka kekayaannya itu karena keberkahan ibadah dalam bekerja. Dan seandainya mereka mati ketika merampungkan pekerjaan, maka kematian mereka begitu mulia karena tetap menjalankan misi utama sebagai ciptaanNya.

Jalan lain bekerja agar kita tidak merasa sumpek karena keterbatasan dari banyak sisi. Gaji tidak seberapa, tapi enak di jalani. Karir biasa saja, tapi target-target duniawi terpenuhi, tidak merasa payah mengejar materi namun berkah turun tak henti-henti.

Kalau saya memaknai bekerja sebagai panggilan dalam diri untuk menjalani misi ciptaan, menyakinkan itu sebagai prinsip bekerja maka saya wajib menguatkan terus. Dan jalan lain bekerja untuk para pekerja, kembali pada jatah masing-masing.

Bagus Styoko Purwo, penikmat bacaan dan jamaah obrolan malam Jum'at 


Pekerjaan - Refleksi 15 Tahun Berkiprah

 Pekerjaan

Refleksi 15 Tahun Berkiprah

Oleh Bagus Styoko Purwo


Artikel ini saya buat untuk mengikuti pelatihan menulis yang diampu oleh maestero esais Kabut Bandung Mawardi.

Persyaratan yang mesti dipenuhi sertakan tulisan sepanjang 500 kata dengan tema pekerjaan. Saya ingin sekali belajar langsung dengan beliau. Sehari sebelum tenggat waktu, naskah ini saya kirim. Hari senin siang saya dapati email dari mas Bandung. Nama saya masuk dalam 10 peserta pelatihan menulis itu. Alhamdulillah, saya bersyukur sekali. Minggu pertama obrolan bersama mas Kabut dan sepuluh teman baru bertemakan yang bekerja yang bereligiuisitas.

Blog ini akan saya jadikan media dokumentasi pelatihan menulis itu.



Masa depan di mulai sejak kita memilih menempuh sebuah jalan. Langkah berikutnya sering kali dipengaruhi oleh pengalaman orang lain atau membayangkan sesuatu yang kita rasa itu nikmat dijalani. Saya mengalami itu saat setelah lulus sekolah tingkat menengah kejuruan, saya ingin langsung bekerja namun orang tua menilai terlalu muda untuk memulai itu. Pilihan orang tua pada akhirnya adalah yang terbaik bagi saya saat ini dan semoga ini jalan lapang di kehidupan saya.

Pekerjaan bagi umumnya orang-orang adalah cara untuk bertahan hidup, untuk memenuhi capai-capai gengsi - di kalangan urban. Itu wajar sebab setelah selesai masa sekolah yang dituju adalah lapangan pekerjaan. Kebutuhan tenaga kerja tidak lagi ditentukan berdasarkan keahlian tunggal. Asal mengerti petunjuk penggunaan dan mampu mengimplementasikan arahan kerja, pembiasaanlah yang membentuk profesionalismenya.

Di tahun 2005 saya tidak terlalu berhasrat masuk perguruan tinggi. Saya ingin segera bekerja. Saya juga tidak tahu di bidang apa. Intinya bekerja dan berpenghasilan. Saat itu juga pekerjaan terlintas begitu mengesankan benak saya. Mungkin saya cocok bekerja di kantoran. Kan saya lulusan jurusan akuntansi.

Akhirnya saya tidak digariskan bekerja. Terdaftar sebagai mahasiswa jurusan akuntansi. Sehari-hari berangkat ke kampus sebagai mahasiswa reguler. Menempuh studi selama delapan semester. Masuk semester tiga hasrat saya untuk bekerja tidak terhalang lagi. Lamaran pekerjaan saya tujukan menjadi tenaga pengajar di sekolah menengah kejuruan. Belum terlalu yakin saya bisa menjalaninya, satu semester mengajar di sana saya mulai mengerti inti dari suatu profesi.

Guru muda yang menyimpan bara-bara pembaharuan. Hasil memungut dari sekam-sekam pendidikan tinggi dan sajian-sajian literasi lintas bidang. Apa yang saya berikan di kelas-kelas sesuai keyakinan yang saya peram saat itu. Saya seperti merdeka menentukan sikap dan cara, namun jurang risiko begitu dekat dengan saya. Jangan terlalu memberikan kebebasan kepada seorang pemula yang ia pun masih mungkin tersesat dalam kebanggaan-kebanggaan kecilnya - begitu menurut saya saat ini. 

Pergantian tahun ajaran dan selesainya studi saya, pembaharuan cara-cara kerja saya serap dari berbagai sumber. Saya ternyata dilompatkan ke lembaga pendidikan yang menekankan pencapaian-pencapaian ideal sebagai tenaga pengajar. Nilai-nilai edukasi diikat dengan jalinan karakter yang kuat. Bahwa seorang pengajar tidak berhenti di akhir bel jam sekolah usai. Seorang guru baiknya melanjutkan pencarian-pencarian baru untuk mengokohkan pola kepengajarannya. Saya dapati itu tanpa bersusah payah. Lembaga tempat saya mengajar concern dengan pengembangan integritas diri dan profesionalisme bekerja. Guru-guru yang hebat sangat mudah mencetak para lulusan yang hebat.

Pekerjaan yang melahirkan kepuasaan diri bagi saya adalah indikator kuat bahwa saya menyatu dalam setiap aktivitas yang berjalan dinamis. Sergapan kebosanan mudah saya singkirkan, karena saya menghayati peran sebagai pengajar. Masuk lima belas tahun mengajar bukan waktu yang pendek dan bukan juga jalan karir yang membanggakan. Tidak banyak yang saya bisa saya simpulkan selama itu. 

Tentang pekerjaan yang merupakan pilihan profesi bagi siapa saja, saya memperluas makna pekerjaan sampai batas apa saja yang ditekuni kemudian menghasilkan nilai-nilai berarti untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan puncak peradaban bangsa, semua itu adalah bukti suatu pekerjaan pantas untuk banggakan. Saya bahagia memeluk pekerjaan yang begitu memuliakan dunia kemanusiaan. Lelah dan penat seperti tidak terjamah.

Biodata:

Bagus Styoko Purwo, tinggal di Kab Bekasi. Aktivitas sehari-hari mengajar di SMK Ananda, Bekasi. Senang membaca. Bergabung di #kampusfiksi non fiksi, Yogyakarta.

.