Draf Bakal Novel
Judul Tentatif
Pendahuluan
BSP
Sebagai sebuah pendahuluan saya ingin
tuangkan segala yang terbesit di kepala, yang tertahan di hati dan yang tidak
bisa saya ucapkan, kecuali saya rasa cukup aman diungkapkan. Saya rasa ini
momentnya saya dapat merampungkan semacam cerita fiksi, tapi kok ya tidak
fiksi-fiksi amat. Ide dasar menulis cerita ini karena saya merasakan semacam
sensasi yang hanya enak diceritakan melalui pengkisahan yang, ah saya bakal
menulis sesuatu yang romance.
Usia saya menulis buku ini berada di
tiga puluh tujuh tahun. Tidak lagi muda, tidak juga tua. Saya berada di usia
kematangan. Matang berfikir dan tepat bertindak. Setidaknya itu harapan saya. Walau
di perjalanan sampai di usia ini tidak banyak hal yang saya anggap matang. Apalagi
secara ekonomi saya masih ngos-ngosan. Saya tidak menyerah untuk perkara itu. Ini
medan perjuangan yang harus saya lalui. Semoga nanti dengan selesainya kisah
ini, ada semacam titik perubahan pada saya dan berdampak pada lingkaran besar,
yaitu keluarga saya mendapatkan perubahan yang berarti. Urusan penting saat ini
bagi saya adalah urusan perekonomian. Saya harus berupaya sungguh-sungguh
sebelum usia empat puluh tahun sudah mapan dalam artian perekonomian keluarga
bagus. Penghasilan saya mampu membahagiakan saya dan keluarga saya.
Maka saya perlu semacam gerakan
perubahan yang teratur. Setiap hari proses berjalan. Saya harus lawan rasa
enggan yang tiba-tiba merasuk, mengacaukan rencana perubahan. Saya mencatat
tiga hal untuk gerakan perubahan ini,
Yang pertama, saya membiasakan menulis
esai/catatan yang bermanfaat untuk para pembaca. Saya belum tahu siapa-siapa
yang akan membaca tulisan-tulisan saya. Namun saya menemukan media yang bisa
lah menerima tulisan-tulisan saya. Saya akan memulai untuk menulis di hari ini
di portal mojok.co rubric terminal. Adapun tema yang saya singgung bebas. Langkah
awalnya saya membaca satu sampai tiga artikel yang tayang di hari sebelumnya,
untuk memudahkan cara saya menulis. Menulis sama seperti hendak berolah raga,
kita perlu pemanasan ringan. Hanya pemanasan menulis bukan lari-lari kecil, mengayunkan
anggota tubuh. Pemanasan menulis ya seperti melakukan pematangan ide yang
kemudian dikembangkan dalam sekian paragpraph. Hingga menjadi satu artikel
utuh. Sungguh tidak mudah. Saya baru akan membiasakan. Semoga hari ini saya
berhasil.
Yang kedua, saya membiasakan menyicil
bab untuk novel yang sedang saya latih cara menulis gaya romance di ig harian. Saya
menikmati sensai ini. Mungkin kalau sensasi ini dirasakan di usia saya rentang
dua puluhan, banyak novel romance yang saya selesaikan. Saya tulis dengan
penghayatan sayalah orang pertama di novel-novel saya. Kemampuan menulis saya
sedang bagus-bagusnya dan ide novel ini juga sedang hangat di hati saya. Menulis
dengan hati pasti rasanya berbeda dan saya sedang di masa yang berbeda ini. Saya
coba juga pembiasaan ini di hari senin ini. Saya hanya menargetkan setiap hari
tiga halaman rampung. Tiga halaman dikalikan tiga puluh hari totalnya Sembilan puluh
halaman. Dalam satu halaman terdiri dari tiga ratus tiga puluh lima kata dikalikan
tiga lembar hasilnya seratus lima kata. Tidak gampang, tapi saya sanggup
upayakan. Mulai hari ini juga. Semangat untuk diri sendiri. Hahah
Yang ketiga, saya membiasakan membaca
dalam satu minggu satu buku yang relevan dengan yang saya garap selesai. Sebagaimana
orang makan, maka lauk pauknya enak sekali duduk tandas. Disisakan tidak
nikmat. Terlalu banyak kekenyangan. Porsi pas. Saya mengambil satu buku novel
karangan penulis favorite saya, yang berjudul SEORANG LAKI-LAKI YANG KELUAR
DARI RUMAH. Siapakah dia si penulis itu? Dia penulis hebat. Saya kagum dengan
kemampuan menulisnya yang memukau di sisi saya yang masih awam. Saya hendak
meniru bagaimana ia merangkai cerita, menemukan frase-frase. Cerita yang bagus
sepengamatan pendek saya hasil membaca karya-karyanya adalah yang paling dekat
dengan si penulis. Ada keterlibatan batin. Ini saat yang tepat untuk saya ikuti
sebagaimana dia menceritakan dalam dua novelnya yang habis say abaca berhari-hari.
Kesanggupan membaca didukung niat yang sangat kuat. Tidak goyah. Konsisten. Ajeg.
Dan tertarget. Saya coba cicil membaca di tiga puluh satu bab dalam sepekan. Kira-kira
per hari lima bab. Saya baca dengan pembacaan yang terhayati. Saya pahami betul
setiap plot yang bergulir. Kosakata-kosakata yang baru saya dapati. Dari situ
saya berkesimpulan belajar menguasai suatu hal adalah dengan cara mengikuti
contoh yang baik, yang sudah tersedia lebih dulu. Keliru mengambil contoh, maka
hasilnya persis contohnya itu. Saya yakin buku pekan ini banyak mendorong saya
menyelesaikan tantangan di minggu terakhir Januari dan menjadi minggu pertama
di Februari.
Sebagai sebuah pembiasaan, ini suatu
konsep yang harus saya upayakan betul. Jangan sampai anget-angetnya aja. Hari ini
adalah tantang pertama saya.
1.
Menulis
untuk mojok terminal dan membaca sebelumnya sampai dengan tiga esai tema bebas.
2.
Membaca
empat bab di novel mingguan yang saya pilih.
3.
Menulis
cerita novel yang saya cicil setiap hari minimal tiga halaman.
Saya bertabarukan dengan angka ganjil. Sesuatu
yang ganjil mendatangkan berkah yang luar biasa. Di luar yang saya tulis ini, saya
merasakan kelancaran menuangkan kalimat. Lancar itu mahal. Dan memang perlu
sebab pendahuluannya. Kalau mau lancar urusan maka penuhilah sebabnya dulu. Kalau
mau tercapai hasilnya maka tuntaskan semua prosesnya. Pada akhirnya hasil tidak
mengkhianati hasil.
Rasa-rasanya pemanasan dalam tiga
halaman ini bisa deh saya posting di blog. Saya ingat, mas Dhani pernah merekam
dibalik proses lagu Pupus. Terekam Once sedang menyanyi diiringi gitar oleh
penciptanya. Dia juga tidak menduga akan seterkenal sekarang. Merekam apa pun
itu akan menjadi memori yang kental di masa depan. Melihat foto jadi terbayang
masa silam. Menonton video memorial jadi ingin kembali ke masa lalu menembus
lorong waktu. Dan jling sampai di masa itu.
Blog saya mulai difungsikan lagi ah. Di bln
ini saya fungsikan untuk memposting cerita pendek dan serangkaian puisi yang
saya tunjukkan khusus. Sebagai upaya melatih kelancaran menulis fiksi. Diam-diam
saya menikmati sekali menulis itu. Bakal novel ini juga ada hubungannya dengan
cerpen dan rangkaian puisi itu. Saya sedang berada di fase menulis cerita
dengan penghayatan yang nikmat dan berresiko.
Untuk mencapai tiga lembar itu panjang
juga ya. Wkwk. Tapi ini harus saya tempuh setiap hari. Jurus-jurus menulis
sudah diajarkan. Saya bisa sekedar melakukan satu dua jurus menulis. Saya sebut
di antaranya adalah jurus menulis dengan tautan tema/kondisi yang sedang saya
alami disertai lagu-lagu pilihan, lalu jurus menulis dengan keperluan tertentu.
Lagi perlu uang banyak, ya ikuti saja lomba menulis. Mana tahu rezeki. Berharap
menang boleh. Tapi kualitas karya di atas rata-rata peserta yang lain.
Masih tersisa satu paragraph lagi. Saya coba
sambung lagi. Tentang novel ini hendak saya beri judul Dya. Penyebutan nama
tokoh yang akan saya ceritakan, latar belakangnya nyata, namun saya fiksikan di
bagian-bagian tertentu. Apa pun yan bertautan dengan penyebutan tokoh itu saya
mudah menyantu. Seolah-olah mengenali betul sebagai objek yang tergenggam.
Begitu sebuah cerita berjalan maka yang
dibutuhkan hanya kelancaran di setiap
bagian. Saya belum menemukan bagian-bagian yang bakunya. Mungkin di hari ini.
Siang ini juga saya rancang bagian-bagian itu. Pas sekali saya sedang mengawas
Dya yang sedang menuntaskan project di hari pertama sebagai staf akuntansi. Begitu
ada kesempatan berinteraksi dengannya maka menambah daftar bagian yang saya
kisahkan dalam sebuah novel baru saya.
Saya bukan novelis. Tapi saya pernah
menulis buku solo, menulis puisi, dan cerpen. Saya tidak tahu pasti apakah
berhasil dalam proses ini. INTINYA SAYA MEMULAI PROSES INI DI HARI SENIN
TANGGAL 29 JANUARI 2024, DI SEBUAH LAB AKUNTANSI. INI ADALAH MEJA GURU YANG
MENYAMPAIKAN MATERI. Di sebuah meja yang berantakan dengan berkas-berkas soal,
saya memulai proses yang nyata.
ALHAMDULILLAH
BERHASIL EMPAT HALAMAN DENGAN JUMLAH KATA SERIBU SERATUS SEMBILAN PULUH EMPAT.
SMK ANANDA, 29 JANUARI 2024