Kamis, 26 Agustus 2021

Pekerjaan - Refleksi 15 Tahun Berkiprah

 Pekerjaan

Refleksi 15 Tahun Berkiprah

Oleh Bagus Styoko Purwo


Artikel ini saya buat untuk mengikuti pelatihan menulis yang diampu oleh maestero esais Kabut Bandung Mawardi.

Persyaratan yang mesti dipenuhi sertakan tulisan sepanjang 500 kata dengan tema pekerjaan. Saya ingin sekali belajar langsung dengan beliau. Sehari sebelum tenggat waktu, naskah ini saya kirim. Hari senin siang saya dapati email dari mas Bandung. Nama saya masuk dalam 10 peserta pelatihan menulis itu. Alhamdulillah, saya bersyukur sekali. Minggu pertama obrolan bersama mas Kabut dan sepuluh teman baru bertemakan yang bekerja yang bereligiuisitas.

Blog ini akan saya jadikan media dokumentasi pelatihan menulis itu.



Masa depan di mulai sejak kita memilih menempuh sebuah jalan. Langkah berikutnya sering kali dipengaruhi oleh pengalaman orang lain atau membayangkan sesuatu yang kita rasa itu nikmat dijalani. Saya mengalami itu saat setelah lulus sekolah tingkat menengah kejuruan, saya ingin langsung bekerja namun orang tua menilai terlalu muda untuk memulai itu. Pilihan orang tua pada akhirnya adalah yang terbaik bagi saya saat ini dan semoga ini jalan lapang di kehidupan saya.

Pekerjaan bagi umumnya orang-orang adalah cara untuk bertahan hidup, untuk memenuhi capai-capai gengsi - di kalangan urban. Itu wajar sebab setelah selesai masa sekolah yang dituju adalah lapangan pekerjaan. Kebutuhan tenaga kerja tidak lagi ditentukan berdasarkan keahlian tunggal. Asal mengerti petunjuk penggunaan dan mampu mengimplementasikan arahan kerja, pembiasaanlah yang membentuk profesionalismenya.

Di tahun 2005 saya tidak terlalu berhasrat masuk perguruan tinggi. Saya ingin segera bekerja. Saya juga tidak tahu di bidang apa. Intinya bekerja dan berpenghasilan. Saat itu juga pekerjaan terlintas begitu mengesankan benak saya. Mungkin saya cocok bekerja di kantoran. Kan saya lulusan jurusan akuntansi.

Akhirnya saya tidak digariskan bekerja. Terdaftar sebagai mahasiswa jurusan akuntansi. Sehari-hari berangkat ke kampus sebagai mahasiswa reguler. Menempuh studi selama delapan semester. Masuk semester tiga hasrat saya untuk bekerja tidak terhalang lagi. Lamaran pekerjaan saya tujukan menjadi tenaga pengajar di sekolah menengah kejuruan. Belum terlalu yakin saya bisa menjalaninya, satu semester mengajar di sana saya mulai mengerti inti dari suatu profesi.

Guru muda yang menyimpan bara-bara pembaharuan. Hasil memungut dari sekam-sekam pendidikan tinggi dan sajian-sajian literasi lintas bidang. Apa yang saya berikan di kelas-kelas sesuai keyakinan yang saya peram saat itu. Saya seperti merdeka menentukan sikap dan cara, namun jurang risiko begitu dekat dengan saya. Jangan terlalu memberikan kebebasan kepada seorang pemula yang ia pun masih mungkin tersesat dalam kebanggaan-kebanggaan kecilnya - begitu menurut saya saat ini. 

Pergantian tahun ajaran dan selesainya studi saya, pembaharuan cara-cara kerja saya serap dari berbagai sumber. Saya ternyata dilompatkan ke lembaga pendidikan yang menekankan pencapaian-pencapaian ideal sebagai tenaga pengajar. Nilai-nilai edukasi diikat dengan jalinan karakter yang kuat. Bahwa seorang pengajar tidak berhenti di akhir bel jam sekolah usai. Seorang guru baiknya melanjutkan pencarian-pencarian baru untuk mengokohkan pola kepengajarannya. Saya dapati itu tanpa bersusah payah. Lembaga tempat saya mengajar concern dengan pengembangan integritas diri dan profesionalisme bekerja. Guru-guru yang hebat sangat mudah mencetak para lulusan yang hebat.

Pekerjaan yang melahirkan kepuasaan diri bagi saya adalah indikator kuat bahwa saya menyatu dalam setiap aktivitas yang berjalan dinamis. Sergapan kebosanan mudah saya singkirkan, karena saya menghayati peran sebagai pengajar. Masuk lima belas tahun mengajar bukan waktu yang pendek dan bukan juga jalan karir yang membanggakan. Tidak banyak yang saya bisa saya simpulkan selama itu. 

Tentang pekerjaan yang merupakan pilihan profesi bagi siapa saja, saya memperluas makna pekerjaan sampai batas apa saja yang ditekuni kemudian menghasilkan nilai-nilai berarti untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan puncak peradaban bangsa, semua itu adalah bukti suatu pekerjaan pantas untuk banggakan. Saya bahagia memeluk pekerjaan yang begitu memuliakan dunia kemanusiaan. Lelah dan penat seperti tidak terjamah.

Biodata:

Bagus Styoko Purwo, tinggal di Kab Bekasi. Aktivitas sehari-hari mengajar di SMK Ananda, Bekasi. Senang membaca. Bergabung di #kampusfiksi non fiksi, Yogyakarta.

.



0 comments:

Posting Komentar