This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 29 Januari 2024

Pendahuluan Untuk Sebuah Novel Dya

 

Draf Bakal Novel

Judul Tentatif

Pendahuluan

BSP

Sebagai sebuah pendahuluan saya ingin tuangkan segala yang terbesit di kepala, yang tertahan di hati dan yang tidak bisa saya ucapkan, kecuali saya rasa cukup aman diungkapkan. Saya rasa ini momentnya saya dapat merampungkan semacam cerita fiksi, tapi kok ya tidak fiksi-fiksi amat. Ide dasar menulis cerita ini karena saya merasakan semacam sensasi yang hanya enak diceritakan melalui pengkisahan yang, ah saya bakal menulis sesuatu yang romance.

Usia saya menulis buku ini berada di tiga puluh tujuh tahun. Tidak lagi muda, tidak juga tua. Saya berada di usia kematangan. Matang berfikir dan tepat bertindak. Setidaknya itu harapan saya. Walau di perjalanan sampai di usia ini tidak banyak hal yang saya anggap matang. Apalagi secara ekonomi saya masih ngos-ngosan. Saya tidak menyerah untuk perkara itu. Ini medan perjuangan yang harus saya lalui. Semoga nanti dengan selesainya kisah ini, ada semacam titik perubahan pada saya dan berdampak pada lingkaran besar, yaitu keluarga saya mendapatkan perubahan yang berarti. Urusan penting saat ini bagi saya adalah urusan perekonomian. Saya harus berupaya sungguh-sungguh sebelum usia empat puluh tahun sudah mapan dalam artian perekonomian keluarga bagus. Penghasilan saya mampu membahagiakan saya dan keluarga saya.

Maka saya perlu semacam gerakan perubahan yang teratur. Setiap hari proses berjalan. Saya harus lawan rasa enggan yang tiba-tiba merasuk, mengacaukan rencana perubahan. Saya mencatat tiga hal untuk gerakan perubahan ini,

Yang pertama, saya membiasakan menulis esai/catatan yang bermanfaat untuk para pembaca. Saya belum tahu siapa-siapa yang akan membaca tulisan-tulisan saya. Namun saya menemukan media yang bisa lah menerima tulisan-tulisan saya. Saya akan memulai untuk menulis di hari ini di portal mojok.co rubric terminal. Adapun tema yang saya singgung bebas. Langkah awalnya saya membaca satu sampai tiga artikel yang tayang di hari sebelumnya, untuk memudahkan cara saya menulis. Menulis sama seperti hendak berolah raga, kita perlu pemanasan ringan. Hanya pemanasan menulis bukan lari-lari kecil, mengayunkan anggota tubuh. Pemanasan menulis ya seperti melakukan pematangan ide yang kemudian dikembangkan dalam sekian paragpraph. Hingga menjadi satu artikel utuh. Sungguh tidak mudah. Saya baru akan membiasakan. Semoga hari ini saya berhasil.

Yang kedua, saya membiasakan menyicil bab untuk novel yang sedang saya latih cara menulis gaya romance di ig harian. Saya menikmati sensai ini. Mungkin kalau sensasi ini dirasakan di usia saya rentang dua puluhan, banyak novel romance yang saya selesaikan. Saya tulis dengan penghayatan sayalah orang pertama di novel-novel saya. Kemampuan menulis saya sedang bagus-bagusnya dan ide novel ini juga sedang hangat di hati saya. Menulis dengan hati pasti rasanya berbeda dan saya sedang di masa yang berbeda ini. Saya coba juga pembiasaan ini di hari senin ini. Saya hanya menargetkan setiap hari tiga halaman rampung. Tiga halaman dikalikan tiga puluh hari totalnya Sembilan puluh halaman. Dalam satu halaman terdiri dari tiga ratus tiga puluh lima kata dikalikan tiga lembar hasilnya seratus lima kata. Tidak gampang, tapi saya sanggup upayakan. Mulai hari ini juga. Semangat untuk diri sendiri. Hahah

Yang ketiga, saya membiasakan membaca dalam satu minggu satu buku yang relevan dengan yang saya garap selesai. Sebagaimana orang makan, maka lauk pauknya enak sekali duduk tandas. Disisakan tidak nikmat. Terlalu banyak kekenyangan. Porsi pas. Saya mengambil satu buku novel karangan penulis favorite saya, yang berjudul SEORANG LAKI-LAKI YANG KELUAR DARI RUMAH. Siapakah dia si penulis itu? Dia penulis hebat. Saya kagum dengan kemampuan menulisnya yang memukau di sisi saya yang masih awam. Saya hendak meniru bagaimana ia merangkai cerita, menemukan frase-frase. Cerita yang bagus sepengamatan pendek saya hasil membaca karya-karyanya adalah yang paling dekat dengan si penulis. Ada keterlibatan batin. Ini saat yang tepat untuk saya ikuti sebagaimana dia menceritakan dalam dua novelnya yang habis say abaca berhari-hari. Kesanggupan membaca didukung niat yang sangat kuat. Tidak goyah. Konsisten. Ajeg. Dan tertarget. Saya coba cicil membaca di tiga puluh satu bab dalam sepekan. Kira-kira per hari lima bab. Saya baca dengan pembacaan yang terhayati. Saya pahami betul setiap plot yang bergulir. Kosakata-kosakata yang baru saya dapati. Dari situ saya berkesimpulan belajar menguasai suatu hal adalah dengan cara mengikuti contoh yang baik, yang sudah tersedia lebih dulu. Keliru mengambil contoh, maka hasilnya persis contohnya itu. Saya yakin buku pekan ini banyak mendorong saya menyelesaikan tantangan di minggu terakhir Januari dan menjadi minggu pertama di Februari.

 

Sebagai sebuah pembiasaan, ini suatu konsep yang harus saya upayakan betul. Jangan sampai anget-angetnya aja. Hari ini adalah tantang pertama saya.

1.      Menulis untuk mojok terminal dan membaca sebelumnya sampai dengan tiga esai tema bebas.

2.      Membaca empat bab di novel mingguan yang saya pilih.

3.      Menulis cerita novel yang saya cicil setiap hari minimal tiga halaman.

Saya bertabarukan dengan angka ganjil. Sesuatu yang ganjil mendatangkan berkah yang luar biasa. Di luar yang saya tulis ini, saya merasakan kelancaran menuangkan kalimat. Lancar itu mahal. Dan memang perlu sebab pendahuluannya. Kalau mau lancar urusan maka penuhilah sebabnya dulu. Kalau mau tercapai hasilnya maka tuntaskan semua prosesnya. Pada akhirnya hasil tidak mengkhianati hasil.

Rasa-rasanya pemanasan dalam tiga halaman ini bisa deh saya posting di blog. Saya ingat, mas Dhani pernah merekam dibalik proses lagu Pupus. Terekam Once sedang menyanyi diiringi gitar oleh penciptanya. Dia juga tidak menduga akan seterkenal sekarang. Merekam apa pun itu akan menjadi memori yang kental di masa depan. Melihat foto jadi terbayang masa silam. Menonton video memorial jadi ingin kembali ke masa lalu menembus lorong waktu. Dan jling sampai di masa itu.

Blog saya mulai difungsikan lagi ah. Di bln ini saya fungsikan untuk memposting cerita pendek dan serangkaian puisi yang saya tunjukkan khusus. Sebagai upaya melatih kelancaran menulis fiksi. Diam-diam saya menikmati sekali menulis itu. Bakal novel ini juga ada hubungannya dengan cerpen dan rangkaian puisi itu. Saya sedang berada di fase menulis cerita dengan penghayatan yang nikmat dan berresiko.

Untuk mencapai tiga lembar itu panjang juga ya. Wkwk. Tapi ini harus saya tempuh setiap hari. Jurus-jurus menulis sudah diajarkan. Saya bisa sekedar melakukan satu dua jurus menulis. Saya sebut di antaranya adalah jurus menulis dengan tautan tema/kondisi yang sedang saya alami disertai lagu-lagu pilihan, lalu jurus menulis dengan keperluan tertentu. Lagi perlu uang banyak, ya ikuti saja lomba menulis. Mana tahu rezeki. Berharap menang boleh. Tapi kualitas karya di atas rata-rata peserta yang lain.

Masih tersisa satu paragraph lagi. Saya coba sambung lagi. Tentang novel ini hendak saya beri judul Dya. Penyebutan nama tokoh yang akan saya ceritakan, latar belakangnya nyata, namun saya fiksikan di bagian-bagian tertentu. Apa pun yan bertautan dengan penyebutan tokoh itu saya mudah menyantu. Seolah-olah mengenali betul sebagai objek yang tergenggam.

Begitu sebuah cerita berjalan maka yang dibutuhkan hanya kelancaran  di setiap bagian. Saya belum menemukan bagian-bagian yang bakunya. Mungkin di hari ini. Siang ini juga saya rancang bagian-bagian itu. Pas sekali saya sedang mengawas Dya yang sedang menuntaskan project di hari pertama sebagai staf akuntansi. Begitu ada kesempatan berinteraksi dengannya maka menambah daftar bagian yang saya kisahkan dalam sebuah novel baru saya.

Saya bukan novelis. Tapi saya pernah menulis buku solo, menulis puisi, dan cerpen. Saya tidak tahu pasti apakah berhasil dalam proses ini. INTINYA SAYA MEMULAI PROSES INI DI HARI SENIN TANGGAL 29 JANUARI 2024, DI SEBUAH LAB AKUNTANSI. INI ADALAH MEJA GURU YANG MENYAMPAIKAN MATERI. Di sebuah meja yang berantakan dengan berkas-berkas soal, saya memulai proses yang nyata.

ALHAMDULILLAH BERHASIL EMPAT HALAMAN DENGAN JUMLAH KATA SERIBU SERATUS SEMBILAN PULUH EMPAT.

SMK ANANDA, 29 JANUARI 2024


Kamis, 18 Januari 2024

Puisi Untuknya Lagi

 Berfikir Berbeda

Berfikir untuk menentukan arah,

Bukan berjalan lebih dulu.

Berfikir krn sesuatu yg nampak

Menjadikanmu kian waspada


Berfikir berbeda itu mudah

Cukup diam sejenak. Biarkan analisamu bekerja

Lalu kamu tarik kesimpulan 

Semoga dugaan dugaanmu tepat dan manfaat.

Ananda, 18 Jan 24


Meditasi Harian

Kamu perlu mendiamkan diri untuk menemukan kedamaian meski sebentar.

Mengatur jalannya napas. Napasmu teratur. Fokusmu pada satu titik: napas masuk dan keluar.

Agar mula terbiasa, kamu ikuti saja meditasi di jam pertama dan jam terakhir.

Agar energi2 yang tersalur dlm dirimu bermuatan positif. Moodmu terjaga, hari2mu terus berkesan.

Sudah ya, itu saja.

Ananda, 18 Jan 24


Puisi yang Sesungguhnya

Puisi yg sesungguhnya rumit

Tdk sekali baca mengerti didapat.

Sampai dibaca berulang barulah engeh 

Oh begtu maksudnya.


Tapi untuk kali ini puisi yg sesungguhnya

Yang mungkin membuatmu berkesan terhadap kalimat kalimat yg sudah terpahami

Sampai kamu merasa tidak lagi bingung.

Akan semakin sering kamu membaca alur hidupmu seperti puisi yang tdk selalu terang di sekali membaca

Ananda, 18 Jan 24


Terus-Teruslah Berdoa

Meminta yang baik baik

Di tempat tempat kebaikan

Ketika kamu di rumah ibadah

Membatin atau lirih suara

Getarannya merembet ke sisiNya


Selagi belum sampai di takdir kenyataan

Terus-teruslah berdoa untuk keluarga tercintamu

Untuk masa depan indahmu 

Dan anak tangga cita-cita yg hendak kamu loncati


Doa agar diberikan panjang usia

Tumbuh menjadi manfaat

Menjalar kebaikan2 pada sesama

Hingga suatu waktu kamu tercerahi kebenaran yg sejati

Ananda, 18 Jan 24


Semua Lelaki Brengsek, Kecuali....

Yang mendekatimu dgn tergesa

Membawa motif yg mudah tertebak

Dia yang berhasrat padamu

Coba kenali hasrat apa yg ia perjuangkan


Yang mendekatimu itu tdk


Puisi Dya yang Berulang Tahun

 Puisi-puisi ini saya tulis on the spot di waktu yang sama. Saya selesaikan di ruang menulis. Menulis spontan dgn acuan penceritaan Dya yg sedang berbahagia di hari kamis ini.

Kamis sorenya kaya berkah dan malamnya nanti malam taburan jutaan berkah. Saya niat mengambil keberkahan hr kamis untuk puisi2 ini.

Saya tdk niat membatasi jumlah puisi di sini. Selamat dua ibu jari kompak mengetik di hp maka puisi2 bertaburan. Namun saya hanya kuat menulis tiga puisi saja. Mata kok lelah ya. 

Selamat membaca Laudya. 🤪🤪🤪🤪


Berbahagia di Hari Kamis


Berbahagia di hari kamis

Menemui usia yang baru

Akan ada yang berubah

Mengubah hari, mengindahkan waktu 

Merawat hati bahagia dengan segenap cerita


Tentang bagaimana mengerjakan siklua akuntansi 

Hingga balance kena di akhir

Tentang logaritma yang tdk berdampak besar

Di masa depan.

atau tentang motivasi internal agar surutnya semangat tdk terjadi.

Lalu rasa bangga mengembang untuk sementara.


Berbahagia di hari kamis

Meniup lilin dgn gelora kecil

Sebagai tiupan syukur 

Untuk diri yang didewasakan bertahun tahun

Hingga nanti tdk ada lagi kecewa yg mudah

Menaik turunkan mood harian.

VGH, 18 Jan 24


Apakah Perlu Seorang Pacar

Yang berbeda hanya suasananya saja.

Hari berikutnya selalu ada batasan-batasan

Tidak boleh ini. Dan jangan begitu.

Jadi untuk apakah itu bahagia


Yang berbeda hanya statusnya saja

Ke mana-mana ada yg memerhatikan.

Lagi-lagi terbatas dan larangan tdk masuk akal.

Yang melakukan diri sendiri, kenapa juga diri yg di sana justru bikin ribet.


Yang berbeda hanya di bulan pertama

Bulan berikutnya terbebani sebal di dada

Ada saja hal remeh dianggap penting

Yg kecil dibesar besarkan sampai lupa pada kesediaan hati untuk saling menerima perbedaan.


Jadi apakah perlu seorang pacar untuk saat ini dan entah di usia berapa nanti - tdk semua pria brengsek. 

Kata penyair ini: tenang tenang saja kamu. Betah di rumah dan yg kamu cari datang membawa kebahagiaan yg sejati.

VGH, 18 Jan 24


Doa di Hari Kamis

Doa di hari itu berbeda

Doa yang menguatkan jiwa dan raga

Untuk hati yg bahagia

Semoga hatinya selalu terang


Doa di hari itu istimewa

Doa yg menghantarkan dirinya 

Untuk berada ditempat terbaik

Semoga dia selalu dlm penjagaanNya


Doa di hari itu telah dipanjatkan 

Dia tdk mendengar isi doa itu tapi dia menerima berkah doa.

Doa yg lirih bagi pendoa di setiap duduk ibadah

Agar suatu ketika dia adalah pribadi yg mulia yg menerangi kehidupan dunia dan menjadi  kelak cahaya di sorga terbaiknya. Mungkin Dya tdk berrengkarnasi. 

VGH, 18 Jan 24

Berfikir Berbeda

Berfikir untuk menentukan arah

Bukan berjalan lebih dulu.

Berfikir krn sesuatu yg nampak

Menjadikanmu kian waspada


Berfikir berbeda itu mudah

Cukup diam sejenak. Biarkan analisamu bekerja

Lalu kamu tarik kesimpulan 

Semoga dugaan dugaanmu tepat dan manfaat.

Ananda, 18 Jan 24


Meditasi Harian

Kamu perlu mendiamkan diri untuk menemukan kedamaian meski sebentar.

Mengatur jalannya napas. Napasmu teratur. Fokusmu pada satu titik: napas masuk dan keluar.

Agar mula terbiasa, kamu ikuti saja meditasi di jam pertama dan jam terakhir.

Agar energi2 yang tersalur dlm dirimu bermuatan positif. Moodmu terjaga, hari2mu terus berkesan.

Sudah ya, itu saja.

Ananda, 18 Jan 24



Rabu, 17 Januari 2024

Pesan Untuk Dya Yang Berulang Tahun

 Pesan Untuk Dya Yang Berulang Tahun


Cerpen 

Kepadanya saya sampaikan bahwa dia telah beranjak dewasa, meninggalkan dunia yang kekanak-kanakan, menuju kesadaran diri yang dengan itu dia akan bijaksana sesuai bertambah usianya nanti.


"Eh, kamu tanggal berapa ulang tahun di Januari nanti?" tanya saya lagi memastikan agar saya bisa memberikan ucapan selamat. Saya ingin memberikan lebih dari sekedar itu. Semoga baginya berkesan. Dia memberikan semacam petunjuk yang bagi saya samar. 


Langit siang itu begitu biru. Seperti hamparan samudera, tanpa pecahan awan-awan kecil. Di luar parkiran, barisan mobil sedang tenang menunggu giliran menjemput anak-anak. Suasana sekolah masih riuh dengan kegiatan pasca ujian semester. Pintu libur panjang siap terbuka.  


Dya mengetik dua digit angka yang mudah saya ingat. Tapi mister diam-diam saja. Balasnya dalam pesan pendek. Dia tidak ingin pria itu mengetahui. Seorang pria yang terpaut usia sepuluh tahun lebih tua darinya. Dya bisa memanggil dia dengan sebutan om karena saking jauh usianya. Pria itu sering kami panggil dengan sebutan uik. Sekarang masuk Desember. Sebulan lagi Dya merayakan hari bahagianya. 


Saya lebih suka memanggil dia dengan panggilan Dya, maka suka saya selipkan di obrolan pesan dengannya, sapaan Laudya saya sertakan. Nama yang sesungguhnya terdiri dari lima kosakata. Panjang. Dan yang pendeknya dan mengena di hati saya adalah panggilan Dya. 


"Tentang uik, itu si Val menyebutnya begitu agar tidak ribet, mister," jelasnya waktu itu. Dya memanggilnya dengan singkatan DH. Saya pun diberikan inisial BSP. Sesaat mendengar inisial itu saya sudah menebak maksudnya, tetapi saya pura-pura tidak tahu. Tidak lama dari itu saya gunakan inisial itu di tulisan-tulisan pendek saya di sosial media.


"Wkwkwkw BSP," tanggapan Dya di kolom sosial media saya.

"Benar kan," balas saya.


Saya suka dengan inisial itu. Jauh sebelum dia sematkan itu, saya sering menggunakan di akhir tulisan saya. Namun untuk yang kali ini saya kok merasa bahagia menyertakan inisial itu di atas pendahuluan setiap tulisan saya. Dya... Dya... Idemu lumayan membangkitkan daya kreatifitas saya.


Bel panjang berbunyi. Anak perwakilan setiap kelas sudah mengambil hp. Suhu siang itu terjaga karena hembusan pendingin ruangan kencang dari kelas-kelas yang pintunya terbuka. Bercampur aroma keringet anak-anak. Antara bau apek beradu dengan pewangi kimia ruangan. Durasi harian di sekolah begitu lama, entah apakah berdampak kuat terhadap kegemilangan karir anak-anak kelak. Meski saya melalui sekolah di separuh waktu harian, pukul 12.00 bel selesai belajar menggema, tidak berlebihan, sebagian waktu setelah pukul itu untuk kegiatan non formal, saya menikmati masa sekolah dulu dan saya merasakan dampak positifnya kegiatan belajar di sekolah yang tidak hampir seharian. Mestinya sekolah bukan tempat yang menjemukan. Bosan. Kaku. Jadi satu. Huh.


Meditasi di mulai. Mengalunlah instrumen piano menghantarkan ketenangan jiwa di lima menit meditasi diri berjalan. Seperti memasuki ruang kosong, sukma melesat meninggalkan diri. Tenang dalam tarikan napas yang teratur. Pikiran terasa enteng. Dan sekalipun singkat meditasi di jam terakhir melenyapkan sampah-sampah batin selama delapan jam pelajaran.


Liburan semester kedua cukup panjang. Di kalender pendidikan terbentang dua minggu masa libur. Namun demikian libur yang sesungguhnya tiga minggu. Setelah class meeting kegiatan di sekolah off. Anak-anak sudah bebas tanggung jawab akademik. 


Saya ingin selama masa santai di rumah, saya manfaatkan untuk melancarkan kemampuan menulis, meningkatkan kemampuan membaca cepat, melancarkan daya kreatifitas berkarya. Saya sedang merasa lancar menuangkan ide, mengolah gagasan dan lebih beruntungnya lagi saya berada di posisi waktu luang.


Sebab mulanya saya tidak bisa memastikan interaksi dengan Dya cukup sering. Sekedar bercerita ringan seputar hal yang lumrah. Saya bertanya, dia menjawab. Atau tiba-tiba dia penasaran suatu hal dan saya menjelaskan. Interaksi dua arah yang hidup.

 

Dya berada di tingkat akhir. Sebentar lagi lulus. Saya tidak tahu pasti apa rencana dia setelah lulus.

"Kamu kuliah nanti?" Saya penasaran apakah ada keputusan yang berbeda.

"Rencananya begitu. Dan di jurusan yang sama," jawabnya lengkap. Secukupnya obrolan tersebut, meluncur lagi obrolan yang berbeda. 


Waktu terasa singkat ketika kita masuk dalam sebuah pembicaraan yang sefrekuensi. Terlepas rentang usia yang jauh, selama komunikasi seperti udara yang berhembus, maka bergulir cerita-cerita. Saya gampang meramu cerita. Tapi saya miskin joks segar. Membuat perempuan tertawa dalam kondisi yang senyatanya bukan pembawaan saya. Lagi pula saya penjalin komunikasi yang cukup nyaman untuk beragam usia.


Dya yang berponi pendek, merapihkan bawaannya. Merapihkan seragam hari itu. Memaksakan diri untuk melawan mood yang menyerang batinnya. 


"Mood saya lagi kurang baik, mister." Akuinya tanpa malu.

"Kenapa begitu?" Saya hanya penasaran. Sebab hari itu sepengheliatan saya kegiatan sekolah lancar. Tidak ada yang saya rasa membuat mood hati saya tergoyah. Eh, iya kenapa saya menyamakan mood saya dengan mood Dya ya. Laki-laki kan makhluk realistis, perempuan tercipta dengan pembawaan lembut. Saking lembutnya jangan dekatkan masalah sepele ke perempuan, kalau tidak ingin air mukanya berubah muram. 

"Ini biasa kok," katanya sambil merapihkan kunciran rambutnya. 


Untuk usia perempuan se-Dya, mestinya dia membawa pendukung kecantikan, meratakan bedak dengan pola tipis, menyapu tipis-tipis bibirnya dengan, emm apa itu namanya, saya lupa.

"Lipgost," sambernya melihat saya tidak bisa menyebutnya.


Oh mungkin pembawaan Dya bukan tipe perempuan yang bersolek ruwet. Maksud saya perempuan yang mesti terlihat mempesona bagaimana pun keadaan saat itu. Atau barangkali dugaan saya meleset terhadap Dya. Tidak penting juga untuk saya ketahui. Dya tetaplah lawan bicara saat-saat kita santai.


"Laki-laki itu bukan tipemu. Dia petani. Tidak cukup tekun melewati tantangan-tantangan. Kamu tahu tantangan uik yang sesungguhnya itu apa?" Pancing saya agar Dya berfikir sejenak.

"Hum, saya bingung, mister," balasnya polos. 

Memang belum porsinya Dya berpikir seanalisis itu. Saya pernah membagi tipe-tipe laki-laki sebagaimana obrolan saya dengan guru-guru muda.


Tipe petani, saya mengibaratkan laki-laki yang tidak banyak berbuat selain mengikuti musim yang berlangsung. Laki-laki yang menerima apa adanya kondisi yang dia alami. Pokoknya persis kerja petani di tanah garapannya. Laki-laki yang sulit berbuat banyak untuk mengubah. 


Lalu tipe pendekar, saya ibaratkan dia yang tangguh dan mempunyai jurus-jurus penaklukan. Laki-laki yang giat melatih ketahanan diri dan mampu menaklukan di segala musim. Laki-laki yang tidak patah arang. 


"Masih ada satu tipe lagi yang perlu kalian dengar ini. Model laki-laki yang berbahaya untuk perempuan yang lugu. Terbatas seperti lalat dalam toples," jelas saya demikian pada guru-guru muda. Saya kok berprasangka di antara mereka ada yang tipe ini. Saya sedikit menahan apa yang ingin saya sampaikan itu. Melihat respon mereka yang amat penasaran, saya selesaikan penjelasan itu.


Tipe terakhir ini memang tidak nampak karakter aslinya, namun gampang dikenali gelagatnya. Laki-laki tipe kolektor. Ingin saya bahasakan lebih kasar sepertinya berlebihan sekali. Laki-laki yang menganggap bahwa satu perempuan ke perempuan yang lain serupa barang-barang koleksian. "Kalian ngertilah, namanya barang koleksian. Ia bisa suatu saat tidak dibutuhkan ketika ada barang yang menarik hatinya," ungkap saya datar. Mereka hanya mendengar dan tidak mengangguk dan saya yakin bukan informasi penting buat mereka.


Malam yang semakin mendekati pergantian waktu, saya melihat di layar ponsel Dya mengetik. Hiburan malam yang menambah ide saya berkarya adalah berbalas pesan di sosial media dengannya. 

Uik dm apa malam ini? Ketik saya padat.

Engga. Dia lelah kayanya. Balas Dya singkat. Dan seperti malam-malam sebelumnya cerita satu ke cerita lainnya membentuk keseruan tersendiri. Waktu malam terasa begitu singkat. Pagi atau siangnya di kala senggang berbalas pesan dengannya adalah keteduhan yang melingkupi ruang jiwa saya.


Sebagian pesan untuknya sengaja saya tulis di sini. Saya lupa persisnya apakah sudah saya sertakan dalam obrolan pesan-pesan pendek dengannya. Saya tuangkan yang bisa saya tumpahkan di sini.


Tentang bagaimana meluaskan kesadaran diri agar selalu engeh terhadap yang sedang terjadi/belum terjadi. Dugaan saya terhadap Dya agaknya tepat, dia adakalanya mudah penasaran dan cenderung besar rasa ingin tahunya. Sambil mendengarkan musik pop Indonesia era 2000-an mengalir lancar kalimat-kalimat saya untuknya. Masih tersisa satu jam menuju pukul 15.00, jam pulang kantor. Udara siang terasa kering dan membuat ubun-ubun pusing. 


Mengetahui apa pun yang perlu diketahui saat ini begitu mudah. Terjangkau dan cepat. Apakah Dya sudah tahu/belum, bahwa keliru dalam mencari sesuatu maka hasilnya tidak akurat. Bagi saya data-data yang valid penunjang informasi yang kredibel. Dua istilah itu Dya paham. Hampir sering istilah-istilah ilmiah saya selipkan. Dya menunjukan minatnya terhadap pencarian sesuatu yang ingin dia ketahui. Hal itu pertanda baik. Dya tidak mudah percaya. Dya bersifat skeptis.


Kecerdasan adalah faktor utama kemudahaan mencapai hal apa pun itu. Sempat saya bilang ke Dya bahwa kriteria laki-laki yang pertama adalah dia yang cerdas. Cerdas dalam berfikir. Ukurannya cepat berfikir, cepat merespon, cepat menganalisa. Intinya pengolahan kerja otaknya cepat. Dya belum berada di usia ideal menentukan siapa tambatan hatinya. Jika di saatnya nanti Dya mencari sosok yang diidamkan, tepat rasanya laki-laki cerdas dan syukur-syukur dia juga pintar di displin keilmuan tertentu. Saat itu terpenuhi sebagian kebahagiaan terengkuh di sisinya. Hawa dingin mengitari ruangan saya berada. Satu, dua, tiga meja kerja ditinggal pulang pemakainya. Saya terbiasa sampai agak sorean di kantor. Seperti biasa pukul 17.00 saya keluar ruangan dan mengunci ruangan sebagai kewajiban penghuni terakhir. 


Seusianya lumrah ingin tahu banyak hal. Ingin mencoba hal-hal baru juga wajar. Saya yakin Dya mengalami masa puber. Mungkin ingin mempunyai pacar. Ingin mendapatkan perhatian lebih secara khusus. Tapi untuk Dya, saya sempat menuliskan kalimat khusus di buku saya, yang saya berikan hanya untuk Dya: jangan pacaran dulu sebelum lulus sekolah/sebelum jadi sarjana. Kenapa demikian? Sekolah/kuliah adalah masa terbaik mengembangkan minat diri, menguatkan potensi-potensi diri dan menjajal hal-hal positif yang berdampak pada masa depan. Yank-yank-an di usia yang tidak tepat justru menjerumuskan diri di jurang kegagalan sejak awal. Untuk hal itu saya memang tidak masuk dalam obrolan pendek dengannya. Musik yang terdengar seperti ikut dalam nuansa saya siang itu. Liriknya akrab di masa saya remaja. Saya pernah memainkan musik itu. Mendayu dan menghanyutkan para pendengarnya. Saya tidak ingin terhanyut. Saya cukupkan pesan-pesan tersebut untuk kemudian terbaca Dya.


Selain pesan-pesan khusus saya itu, untuk hal akademis Dya tidak saya ragukan. Prestasinya terjaga sampai di jenjang terakhir. Tetapi untuk pengetahuan di luar akademis saya kok yakin Dya belum banyak mengetahui. Saya yang senang bercerita, mudah menentukan tema obrolan dengan siapa pun lawan bicara saya. Untuk dengan Dya saya nyaman bercerita dengan tema remaja. 


Cerita-cerita yang saling berhubungan di kemudian hari memang saya niatkan agar Dya bisa selalu membacanya kapan dia mau. Saya tidak memberikan alasan yang jelas kenapa saya menjadikan Dya sebagai objek tunggal bercerita. Biar Dya simpulkan sendiri.


Angin akhir tahun berhembus dari arah saya menyelesaikan tulisan pendek. Di sebuah tempat jajajan kekinian saya tumpahkan gagasan baru dalam waktu tiga puluh menit. Tidak nampak senja kemerahan di bawah saya berada, namun suasananya seperti temaram di jiwa saya. Suasana berkarya saya sedang bagus-bagusnya. Apakah ini karena intensitas obrolan saya dengan Dya? Yang saya rasa ini karena adanya peningkatan daya kreatif saya. Dan saya juga bukan tipe laki-laki yang mudah mengakui alasan kenapa-kenapanya. Terlebih kepada Dya.


Cerita yang baru saya selesaikan, saya bagikan ke Dya. 

"Saya kok jadi malu sendiri," tanggapannya tersipu-sipu.

"Ini kisah tentang saya semua nih."

"Tentu tidak. Ada sebagian tentangmu."


Saya ingin cerita itu sampai ke Dya secara utuh sebelum atau tepat di tanggal 18 Januari, di tahun yang baru. Boleh lah dianggap sebagai hadiah kebahagiaan untuknya. Dan yang sesungguhnya, masih ada cerita panjang yang saya siapkan untuknya. Mumpung Dya belum lulus sekolah dan selagi Dya belum mempunyai pacar, bebas untuk saya jadikan objek bercerita. Sebuah novelet yang berjudul Dya -penyebutan pendek dari namanya Laudya. Semoga semesta mendukung.

VGH, 28 Desember 2023.


Penulis

BSP, pemerhati humaniora tinggal di Kab Bekasi. Menulis fiksi dan non fiksi.